SALAM AIDIL FITRI

SALAM AIDIL FITRI

SELAMAT DATANG. KE BLOG SURAU AL ANSAR GP.

" AGAMA ITU ADALAH NASIHAT "

ULAMA ITU PEWARIS NABI


Sunday, May 8, 2011

KEESAAN DAN KEKUASAAN TUHAN

سُوۡرَةُ البَقَرَة Juzuk 1 ayat 21 -29
Perintah menyembah Tuhan Yang Maha Esa

يَـٰٓأَيُّہَا ٱلنَّاسُ ٱعۡبُدُواْ رَبَّكُمُ ٱلَّذِى خَلَقَكُمۡ وَٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ (٢١)
21. Hai manusia, sembahlah Tuhanmu Yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa.

ٱلَّذِى جَعَلَ لَكُمُ ٱلۡأَرۡضَ فِرَٲشً۬ا وَٱلسَّمَآءَ بِنَآءً۬ وَأَنزَلَ مِنَ ٱلسَّمَآءِ مَآءً۬ فَأَخۡرَجَ بِهِۦ مِنَ ٱلثَّمَرَٲتِ رِزۡقً۬ا لَّكُمۡ‌ۖ فَلَا تَجۡعَلُواْ لِلَّهِ أَندَادً۬ا وَأَنتُمۡ تَعۡلَمُونَ (٢٢)
22. Dialah Yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah (a) padahal kamu mengetahui.

(a) Ialah segala sesuatu yang disembah di samping menyembah Allah seperti berhala-berhala, dewa-dewa dan sebagainya.

Tantangan kepada kaum musyrikin mengenai Al Qur’an

وَإِن ڪُنتُمۡ فِى رَيۡبٍ۬ مِّمَّا نَزَّلۡنَا عَلَىٰ عَبۡدِنَا فَأۡتُواْ بِسُورَةٍ۬ مِّن مِّثۡلِهِۦ وَٱدۡعُواْ شُهَدَآءَكُم مِّن دُونِ ٱللَّهِ إِن كُنتُمۡ صَـٰدِقِينَ (٢٣)
23. Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Qur’an yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah (a) satu surat (saja) yang semisal Al Qur’an itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.

(a) Ayat ini merupakan tantangan bagi mereka yang meragukan kebenaran Al Qur’an itu tidak dapat ditiru walaupun dengan mengerahkan semua ahli sastra dan bahasa karena ia merupakan mu’jizat Nabi Muhammad s.a.w.

فَإِن لَّمۡ تَفۡعَلُواْ وَلَن تَفۡعَلُواْ فَٱتَّقُواْ ٱلنَّارَ ٱلَّتِى وَقُودُهَا ٱلنَّاسُ وَٱلۡحِجَارَةُ‌ۖ أُعِدَّتۡ لِلۡكَـٰفِرِينَ
24. Maka jika kamu tidak dapat membuat (nya) dan pasti kamu tidak akan dapat membuat (nya), peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir.
.............................................

Balasan terhadap orang-orang yang beriman.


وَبَشِّرِ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّـٰلِحَـٰتِ أَنَّ لَهُمۡ جَنَّـٰتٍ۬ تَجۡرِى مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَـٰرُ‌ۖ ڪُلَّمَا رُزِقُواْ مِنۡہَا مِن ثَمَرَةٍ۬ رِّزۡقً۬ا‌ۙ قَالُواْ هَـٰذَا ٱلَّذِى رُزِقۡنَا مِن قَبۡلُ‌ۖ وَأُتُواْ بِهِۦ مُتَشَـٰبِهً۬ا‌ۖ وَلَهُمۡ فِيهَآ أَزۡوَٲجٌ۬ مُّطَهَّرَةٌ۬‌ۖ وَهُمۡ فِيهَا خَـٰلِدُونَ (٢٥) ۞
25. Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan: "Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu." Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada isteri-isteri yang suci dan mereka kekal di dalamnya (a)

(a) Keni’matan di surga itu adalah keni’matan yang serba lengkap, baik jasmani maupun rohani.

Perumpamaan-perumpamaan dalam Al Qur’an dan hikmah-hikmahnya.

إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَسۡتَحۡىِۦۤ أَن يَضۡرِبَ مَثَلاً۬ مَّا بَعُوضَةً۬ فَمَا فَوۡقَهَا‌ۚ فَأَمَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ فَيَعۡلَمُونَ أَنَّهُ ٱلۡحَقُّ مِن رَّبِّهِمۡ‌ۖ وَأَمَّا ٱلَّذِينَ ڪَفَرُواْ فَيَقُولُونَ مَاذَآ أَرَادَ ٱللَّهُ بِهَـٰذَا مَثَلاً۬‌ۘ يُضِلُّ بِهِۦ ڪَثِيرً۬ا وَيَهۡدِى بِهِۦ كَثِيرً۬ا‌ۚ وَمَا يُضِلُّ بِهِۦۤ إِلَّا ٱلۡفَـٰسِقِينَ (٢٦)
26. Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu (a) Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan: "Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?" Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah (b) dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik,

(a) Di waktu turunnya ayat 73 surat 22 Al Hajj yang di dalamnya Tuhan menerangkan bahwa berhala-berhala yang mereka sembah itu tidak dapat membuat lalat, sekalipun mereka kerjakan bersama-sama, dan turunnya ayat 41 surat Al `Ankabuut yang di dalamnya Tuhan menggambarkan kelemahan berhala-berhala yang dijadikan oleh
orang-orang musyrik itu sebagai pelindung sama dengan lemahnya sarang laba-laba.

(b) Disesatkan Allah berarti: bahwa orang itu sesat berhubung keingkarannya dan tidak mau memahami petunjuk-petunjuk Allah. Dalam ayat ini, karena mereka itu ingkar dan tidak mau memahami apa sebabnya Allah menjadikan nyamuk sebagai perumpamaan, maka mereka itu menjadi sesat.

ٱلَّذِينَ يَنقُضُونَ عَهۡدَ ٱللَّهِ مِنۢ بَعۡدِ مِيثَـٰقِهِۦ وَيَقۡطَعُونَ مَآ أَمَرَ ٱللَّهُ بِهِۦۤ أَن يُوصَلَ وَيُفۡسِدُونَ فِى ٱلۡأَرۡضِ‌ۚ أُوْلَـٰٓٮِٕكَ هُمُ ٱلۡخَـٰسِرُونَ (٢٧)
27. (yaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian Allah sesudah perjanjian itu teguh, dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk menghubungkannya dan membuat kerusakan di muka bumi. Mereka itulah orang-orang yang rugi.

Bukti-bukti kekuasaan Tuhan.

كَيۡفَ تَكۡفُرُونَ بِٱللَّهِ وَڪُنتُمۡ أَمۡوَٲتً۬ا فَأَحۡيَـٰڪُمۡ‌ۖ ثُمَّ يُمِيتُكُمۡ ثُمَّ يُحۡيِيكُمۡ ثُمَّ إِلَيۡهِ تُرۡجَعُونَ (٢٨)
28. Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan?

هُوَ ٱلَّذِى خَلَقَ لَكُم مَّا فِى ٱلۡأَرۡضِ جَمِيعً۬ا ثُمَّ ٱسۡتَوَىٰٓ إِلَى ٱلسَّمَآءِ فَسَوَّٮٰهُنَّ سَبۡعَ سَمَـٰوَٲتٍ۬‌ۚ وَهُوَ بِكُلِّ شَىۡءٍ عَلِيمٌ۬ (٢٩)
29. Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak menuju langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.

GAMBAR GAMBAR DIBAWAH ADALAH BAHAGIAN PALING KECIL DARIPADA TUBUH KITA DILIHAT DENGAN SUPER MICROSKOP. LIHATLAH KEBESARAN DAN KEKUASAAN ALLAH TAALA.


Titik-titik perasa di lidah, dilidah kita memiliki 10.000 titik perasa yang mampu membedakan rasa manis, masam, masin, pahit pedas dan lainnya


Ini merupakan ujung rambut kita yang rosak (bercabang)


Ini merupakan gambar sel darah merah, sepert terumbu karang


Ini merupakan kumpulan sel darah beku pada tubuh kita, sedangkan yang putih di tengah adalah sel darah putih yang beku

Sunday, March 13, 2011

Surah Al Baqarah ayat 1 -20


AL BAQARAH
(Sapi betina)

MUQADDIMAH



Surat "Al Baqarah" yang 286 ayat ini turun di Madinah yang sebahagian besar diturunkan pada permulaan tahun Hijrah, kecuali ayat 281 diturunkan di Mina pada Haji wadaa’ (haji Nabi Muhammad s.a.w. yang terakhir). Seluruh ayat dari surat Al Baqarah termasuk golongan Madaniyyah, merupakan surah yang terpanjang di antara surah-surah Al Qur’an yang di dalamnya terdapat pula ayat yang terpanjang (ayat 282).

Surah ini dinamai "Al Baqarah" karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil (ayat 67 sampai dengan 74), di mana dijelaskan watak orang Yahudi pada umumnya. Dinamai "Fusthaathul-Qur’an" (puncak Al Qur’an) karena memuat beberapa hukum yang tidak disebutkan dalam surah yang lain. Dinamai juga surah "Alif-laam-miim" karena surah ini dimulai dengan Alif-laam-miim.


Pokok-pokok isinya:

1. Keimanan:

Da’wah Islamiyah yang dihadapkan kepada umat Islam, ahli kitab dan para musyrikin.


2. Hukum-hukum:

Perintah mengerjakan solat; menunaikan zakat; hukum puasa; hukum haji dan umrah; hukum qishash; hal-hal yang halal dan yang haram; bernafkah di jalan Allah; hukum arak dan judi; cara menyantuni anak yatim, larangan riba; hutang-piutang; nafkah dan yang berhak menerimanya; wasiat kepada dua orang ibu-bapa dan kaum kerabat; hukum sumpah; kewajiban menyampaikan amanat; sihir; hukum merusak masjid; hukum mengubah kitab-kitab Allah; hukum haidh, ’iddah, thalak, khulu’, ilaa’ dan hukum susuan; hukum melamar, mahar, larangan mengahwini wanita musyrik dan sebaliknya; hukum perang.


3. Kisah-kisah:

Kisah penciptaan Nabi Adam a.s. kisah Nabi Ibrahim a.s.; kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil.


4. Dan lain-lain:

Sifat-sifat orang yang bertakwa; sifat-sifat orang munafik; sifat-sifat Allah; perumpamaan-perumpamaan; kiblat, kebangkitan sesudah mati.



AL BAQARAH (SAPI BETINA)
Surah ke 2 : 286 ayat

بِسۡمِ ٱللهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

TIGA GOLONGAN MANUSIA DALAM MENGHADAPI AL QUR’AN


Golongan Mu’min
الٓمٓ (١

ayat 1.
Alif laam miim (a).

(a) Ialah huruf-huruf abjad yang terletak pada permulaan sebahagian dari surah-surah Al Qur’an seperti: Alif laam miim, alif laam raa, alif laam miim shaad dan sebagainya. Di antara ahli-ahli tafsir ada yang menyerahkan pengertiannya kepada Allah karena dipandang termasuk ayat-ayat mutasyaabihaat, dan ada pula yang menafsirkannya. Golongan yang menafsirkannya ada yang memandangnya sebagai nama surah, dan ada pula yang berpendapat bahwa huruf-huruf abjad itu gunanya untuk menarik perhatian para pendengar supaya memperhatikan Al Qur’an itu, dan untuk mengisyaratkan bahwa Al Qur’an itu diturunkan dalam bahasa Arab yang tersusun dari huruf-huruf abjad. Kalau mereka tidak percaya bahwa Al Qur’an diturunkan dari Allah dan hanya buatan Muhammad s.a.w. semata-mata, maka cobalah mereka buat semacam Al Qur’an itu.

ذَٲلِكَ ٱلۡڪِتَـٰبُ لَا رَيۡبَ‌ۛ فِيهِ‌ۛ هُدً۬ى لِّلۡمُتَّقِينَ (٢
Ayat ke 2.
Kitab (a) (Al Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa (b),

(a) Tuhan menamakan Al Qur’an dengan Al Kitab yang di sini berarti "yang ditulis", sebagai isyarat bahwa Al Qur’an diperintahkan untuk ditulis.
(b) Takwa yaitu memelihara diri dari siksaan Allah dengan mengikuti segala perintah-Nya; dan menjauhi segala larangan-Nya; tidak cukup diartikan dengan takut saja.

ٱلَّذِينَ يُؤۡمِنُونَ بِٱلۡغَيۡبِ وَيُقِيمُونَ ٱلصَّلَوٰةَ وَمِمَّا رَزَقۡنَـٰهُمۡ يُنفِقُونَ (٣
Ayat ke 3.
(yaitu) mereka yang beriman (a) kepada yang ghaib (b) yang mendirikan solat (c) dan menafkahkan sebahagian rezki (d) yang Kami anugerahkan kepada mereka,

(a) Iman ialah kepercayaan yang teguh yang disertai dengan ketundukan dan penyerahan jiwa. Tanda-tanda adanya iman ialah mengerjakan apa yang dikehendaki oleh iman itu.
(b) Yang ghaib ialah yang tak dapat ditangkap oleh panca indera. Percaya kepada yang ghaib yaitu, meng-i’tikadkan adanya suatu "yang maujud" yang tidak dapat ditangkap oleh panca indera, karena ada dalil yang menunjukkan kepada adanya, seperti: adanya Allah, Malaikat-malaikat, Hari akhirat dan sebagainya.
(c) Solat menurut bahasa Arab: do’a. Menurut istilah syara’ ialah ibadat yang sudah dikenal, yang dimulai dengan takbir dan disudahi dengan salam, yang dikerjakan untuk membuktikan pengabdian dan kerendahan diri kepada Allah. Mendirikan shalat ialah menunaikannya dengan teratur, dengan melengkapi syarat-syarat, rukun-rukun dan adab-adabnya, baik yang lahir maupun yang batin, seperti khusyu’, memperhatikan apa yang dibaca dan sebagainya.
(d) Rezki: segala yang dapat diambil manfa’atnya. Menafkahkan sebahagian rezki, ialah memberikan sebahagian dari harta yang telah direzkikan oleh Tuhan kepada orang-orang yang disyari’atkan oleh agama memberinya, seperti orang-orang fakir, orang-orang miskin, kaum kerabat, anak-anak yatim dan lain-lain.


وَٱلَّذِينَ يُؤۡمِنُونَ بِمَآ أُنزِلَ إِلَيۡكَ وَمَآ أُنزِلَ مِن قَبۡلِكَ وَبِٱلۡأَخِرَةِ هُمۡ يُوقِنُونَ (
٤
Ayat ke 4.
dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Qur’an) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu (a) serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat (b).

(a) Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelum Muhammad s.a.w. ialah kitab-kitab yang diturunkan sebelum Al Qur’an seperti: Taurat, Zabur, Injil dan shuhuf-shuhuf yang tersebut dalam Al Qur’an yang diturunkan kepada para Rasul, Allah menurunkan Kitab kepada Rasul ialah dengan memberikan wahyu kepada Jibril a.s. lalu Jibril menyampaikannya kepada Rasul.
(b) Yakin ialah kepercayaan yang kuat dengan tidak dicampuri keraguan sedikitpun. Akhirat lawan dunia. Kehidupan akhirat ialah kehidupan sesudah dunia berakhir. Yakin akan adanya kehidupan akhirat ialah benar-benar percaya akan adanya kehidupan sesudah dunia berakhir.


أُوْلَـٰٓٮِٕكَ عَلَىٰ هُدً۬ى مِّن رَّبِّهِمۡ‌ۖ وَأُوْلَـٰٓٮِٕكَ هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ (
٥
Ayat ke 5.
Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung (a)
(a) Ialah orang-orang yang mendapat apa-apa yang dimohonkannya kepada Allah sesudah mengusahakannya.


Golongan kafir

إِنَّ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ سَوَآءٌ عَلَيۡهِمۡ ءَأَنذَرۡتَهُمۡ أَمۡ لَمۡ تُنذِرۡهُمۡ لَا يُؤۡمِنُونَ (٦
Ayat ke 6.
Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak akan beriman.

خَتَمَ ٱللَّهُ عَلَىٰ قُلُوبِهِمۡ وَعَلَىٰ سَمۡعِهِمۡ‌ۖ وَعَلَىٰٓ أَبۡصَـٰرِهِمۡ غِشَـٰوَةٌ۬‌ۖ وَلَهُمۡ عَذَابٌ عَظِيمٌ۬ (٧
Ayat ke 7.
Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka (a) dan penglihatan mereka ditutup (b). Dan bagi mereka siksa yang amat berat.
(a) Yakni orang itu tidak dapat menerima petunjuk dan segala macam nasehatpun tidak akan berbekas padanya.
(b) Maksudnya: mereka tidak dapat memperhatikan dan memahami ayat-ayat Al Qur’an yang mereka dengar dan tidak dapat mengambil pelajaran dari tanda-tanda kebesaran Allah yang mereka lihat di cakrawala, di permukaan bumi dan pada diri mereka sendiri.



Golongan munafik

وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يَقُولُ ءَامَنَّا بِٱللَّهِ وَبِٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأَخِرِ وَمَا هُم بِمُؤۡمِنِينَ (٨
Ayat ke 8.
Di antara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan Hari kemudian" (a), padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman.

(a) Hari kemudian ialah: mulai dari waktu makhluk dikumpulkan di padang mahsyar sampai waktu yang tak ada batasnya.

يُخَـٰدِعُونَ ٱللَّهَ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَمَا يَخۡدَعُونَ إِلَّآ أَنفُسَهُمۡ وَمَا يَشۡعُرُونَ (٩
Ayat ke 9.
Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar.

فِى قُلُوبِهِم مَّرَضٌ۬ فَزَادَهُمُ ٱللَّهُ مَرَضً۬ا‌ۖ وَلَهُمۡ عَذَابٌ أَلِيمُۢ بِمَا كَانُواْ يَكۡذِبُونَ (١٠
Ayat ke 10.
Dalam hati mereka ada penyakit (a), lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.
(a) Yakni keyakinan mereka terhadap kebenaran Nabi Muhammad s.a.w. lemah. Kelemahan keyakinan itu, menimbulkan kedengkian, iri-hati dan dendam terhadap Nabi s.a.w., agama dan orang-orang Islam.

وَإِذَا قِيلَ لَهُمۡ لَا تُفۡسِدُواْ فِى ٱلۡأَرۡضِ قَالُوٓاْ إِنَّمَا نَحۡنُ مُصۡلِحُونَ (١١
Ayat ke 11.
Dan bila dikatakan kepada mereka: Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi (a), mereka menjawab: "Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan."
(a) Kerusakan yang mereka perbuat di muka bumi bukan berarti kerusakan benda, melainkan menghasut orang-orang kafir untuk memusuhi dan menentang orang-orang Islam.

أَلَآ إِنَّهُمۡ هُمُ ٱلۡمُفۡسِدُونَ وَلَـٰكِن لَّا يَشۡعُرُونَ (١٢
Ayat ke 12.
Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar.


وَإِذَا قِيلَ لَهُمۡ ءَامِنُواْ كَمَآ ءَامَنَ ٱلنَّاسُ قَالُوٓاْ أَنُؤۡمِنُ كَمَآ ءَامَنَ ٱلسُّفَهَآءُ‌ۗ أَلَآ إِنَّهُمۡ هُمُ ٱلسُّفَهَآءُ وَلَـٰكِن لَّا يَعۡلَمُونَ (١٣

Ayat ke 13.
Apabila dikatakan kepada mereka: "Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang lain telah beriman", mereka menjawab: "Akan berimankah kami sebagaimana orang-orang yang bodoh itu telah beriman?" Ingatlah, sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh, tetapi mereka tidak tahu.

وَإِذَا لَقُواْ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ قَالُوٓاْ ءَامَنَّا وَإِذَا خَلَوۡاْ إِلَىٰ شَيَـٰطِينِهِمۡ قَالُوٓاْ إِنَّا مَعَكُمۡ إِنَّمَا نَحۡنُ مُسۡتَہۡزِءُونَ (١٤)
Ayat ke 14.
Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: "Kami telah beriman." Dan bila mereka kembali kepada syaitan-syaitan mereka (a) mereka mengatakan: "Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok".
(a) Maksudnya: pemimpin-pemimpin mereka.


ٱللَّهُ يَسۡتَہۡزِئُ بِہِمۡ وَيَمُدُّهُمۡ فِى طُغۡيَـٰنِهِمۡ يَعۡمَهُونَ (١٥

Ayat ke 15.
Allah akan (membalas) olok-olokan mereka dan membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan mereka.

أُوْلَـٰٓٮِٕكَ ٱلَّذِينَ ٱشۡتَرَوُاْ ٱلضَّلَـٰلَةَ بِٱلۡهُدَىٰ فَمَا رَبِحَت تِّجَـٰرَتُهُمۡ وَمَا كَانُواْ مُهۡتَدِينَ (١٦
Ayat ke 16.
Mereka itulah orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk, maka tidaklah beruntung perniagaan mereka dan tidaklah mereka mendapat petunjuk.

مَثَلُهُمۡ كَمَثَلِ ٱلَّذِى ٱسۡتَوۡقَدَ نَارً۬ا فَلَمَّآ أَضَآءَتۡ مَا حَوۡلَهُ ۥ ذَهَبَ ٱللَّهُ بِنُورِهِمۡ وَتَرَكَهُمۡ فِى ظُلُمَـٰتٍ۬ لَّا يُبۡصِرُونَ (١٧
Ayat ke 17.
Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api (a) maka setelah api itu menerangi sekelilingnya Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat.
(a) Orang-orang munafik itu tidak dapat mengambil manfa’at dari petunjuk-petunjuk yang datang dari Allah, karena sifat-sifat kemunafikan yang bersemi dalam dada mereka. Keadaan mereka digambarkan Allah seperti dalam ayat tersebut di atas.

صُمُّۢ بُكۡمٌ عُمۡىٌ۬ فَهُمۡ لَا يَرۡجِعُونَ (١٨
Ayat ke 18.
Mereka tuli, bisu dan buta (a) maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang benar).
(a) Walaupun pancaindera mereka sehat mereka dipandang tuli, bisu dan buta oleh karena tidak dapat menerima kebenaran.


أَوۡ كَصَيِّبٍ۬ مِّنَ ٱلسَّمَآءِ فِيهِ ظُلُمَـٰتٌ۬ وَرَعۡدٌ۬ وَبَرۡقٌ۬ يَجۡعَلُونَ أَصَـٰبِعَهُمۡ فِىٓ ءَاذَانِہِم مِّنَ ٱلصَّوَٲعِقِ حَذَرَ ٱلۡمَوۡتِ‌ۚ وَٱللَّهُ مُحِيطُۢ بِٱلۡكَـٰفِرِينَ (
١٩
Ayat ke 19.
atau seperti (orang-orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit disertai gelap gulita, guruh dan kilat; mereka menyumbat telinganya dengan anak jarinya, karena (mendengar suara) petir, sebab takut akan mati (a). Dan Allah meliputi orang-orang yang kafir (b).
(a) Keadaan orang-orang munafik itu, ketika mendengar ayat-ayat yang mengandung peringatan, adalah seperti orang yang ditimpa hujan lebat dan petir. Mereka menyumbat telinganya karena tidak sanggup mendengar peringatan-peringatan Al Qur’an itu.
(b) Maksudnya pengetahuan dan kekuasaan Allah meliputi orang-orang kafir.

يَكَادُ ٱلۡبَرۡقُ يَخۡطَفُ أَبۡصَـٰرَهُمۡ‌ۖ كُلَّمَآ أَضَآءَ لَهُم مَّشَوۡاْ فِيهِ وَإِذَآ أَظۡلَمَ عَلَيۡہِمۡ قَامُواْ‌ۚ وَلَوۡ شَآءَ ٱللَّهُ لَذَهَبَ بِسَمۡعِهِمۡ وَأَبۡصَـٰرِهِمۡ‌ۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَىۡءٍ۬ قَدِيرٌ۬ (٢٠
Ayat ke 20.
Hampir-hampir kilat itu menyambar penglihatan mereka. Setiap kali kilat itu menyinari mereka, mereka berjalan di bawah sinar itu, dan bila gelap menimpa mereka, mereka berhenti. Jika Allah menghendaki, niscaya Dia melenyapkan pendengaran dan penglihatan mereka. Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu.

Wednesday, March 2, 2011

SURAH ALFATIHAH



( klip imej untuk besarkan )

AL FAATIHAH

(Pembukaan)


MUQADDIMAH


Surah "Al Faatihah" (Pembukaan) yang diturunkan di Mekah dan terdiri dari 7 ayat adalah surah yang pertama-tama diturunkan dengan lengkap di antara surah-surah yang ada dalam Al Qur’an dan termasuk golongan Surah Makkiyyah.

Surah ini disebut "Al Faatihah" (Pembukaan), karena dengan surah inilah dibuka dan dimulainya Al Qur’an.

Dinamakan "Ummul Qur’an" (ibu atau induk Al Qur’an) atau "Ummul Kitaab" (ibu atau induk Al Kitaab) karena dia merupakan induk bagi semua isi Al Qur’an, serta menjadi inti sari dari kandungan Al Qur’an dan karena itu diwajibkan membacanya pada tiap-tiap shalat. Dinamakan pula "As Sab’ul matsaany" (tujuh yang berulang-ulang) karena ayatnya tujuh dan dibaca berulang-ulang dalam shalat.

Surah ini mengandungi beberapa unsur pokok yang mencerminkan seluruh isi Al Qur’an, yaitu:

1. Keimanan:

Beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa terdapat dalam ayat 2, di mana dinyatakan dengan tegas bahwa segala puji dan ucapan syukur atas sesuatu ni’mat itu bagi Allah, karena Allah adalah Pencipta dan sumber segala ni’mat yang terdapat dalam alam ini.
Di antara ni’mat itu ialah: ni’mat menciptakan, ni’mat mendidik dan menumbuhkan, sebab kata "Rabb" dalam kalimat "Rabbul-’aalamiin tidak hanya berarti "Tuhan" dan "Penguasa", tetapi juga mengandung arti tarbiyah yaitu mendidik dan menumbuhkan.
Hal ini menunjukkan bahwa segala ni’mat yang dilihat oleh seorang dalam dirinya sendiri dan dalam segala alam ini bersumber dari Allah, karena Tuhanlah Yang Maha Berkuasa di alam ini. Pendidikan, penjagaan dan penumbuhan oleh Allah di alam ini haruslah diperhatikan dan difikirkan oleh manusia sedalam-dalamnya, sehingga menjadi sumber pelbagai macam ilmu pengetahuan yang dapat menambah keyakinan manusia kepada keagungan dan kemuliaan Allah, serta berguna bagi masyarakat. Oleh karena keimanan (ketauhidan) itu merupakan masalah yang asas, maka di dalam surah Al Faatihah tidak cukup dinyatakan dengan isyarat saja, tetapi ditegaskan dan dilengkapi oleh ayat 5, yaitu: Iyyaaka na’budu wa iyyaaka nasta’iin (hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan).

Yang dimaksud dengan "Yang menguasai hari pembalasan" ialah pada hari itu Allahlah Yang berkuasa, segala sesuatu tunduk kepada kebesaran-Nya sambil mengharap ni’mat dan takut kepada siksaan-Nya.
Hal ini mengandung arti janji untuk memberi pahala terhadap perbuatan yang baik dan ancaman terhadap perbuatan yang buruk. "Ibadat" yang terdapat pada ayat 5 semata-mata ditujukan kepada Allah, selanjutnya lihat catatan ayat 5 surat Al Faatihah.


2. Hukum-hukum:


Jalan kebahagiaan dan bagaimana seharusnya menempuh jalan itu untuk memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat. Maksud "hidayah" di sini ialah hidayah yang menjadi sebab dapatnya keselamatan, kebahagiaan dunia dan akhirat, baik yang mengenai keyakinan maupun akhlak, hukum-hukum dan pelajaran.


3. Kisah-kisah:

Kisah para nabi dan kisah orang-orang dahulu yang menentang Allah. Sebahagian besar dari ayat-ayat Al Qur’an memuat kisah-kisah para nabi dan kisah orang-orang dahulu yang menentang Allah. Yang dimaksud dengan orang yang diberi ni’mat dalam ayat ini, ialah para nabi, para shiddieqiin (orang-orang yang sungguh-sungguh beriman), syuhadaa (orang-orang yang mati syahid), shaalihiin (orang-orang yang saleh).
Orang-orang yang dimurkai dan orang-orang yang sesat, ialah golongan yang menyimpang dari ajaran Islam.


Perincian dari yang telah disebutkan di atas terdapat dalam ayat-ayat Al Qur’an pada surat-surat yang lain.

AL-FAATIHAH (PEMBUKAAN)
Surat ke 1 : 7 ayat
JUZ 1



1. Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang (a)

(a) Berarti: saya memulai membaca Al Faatihah ini dengan menyebut nama Allah. Tiap-tiap pekerjaan yang baik itu hendaknya dimulai dengan menyebut nama Allah, seperti: makan, minum, menyembelih binatang untuk dimakan dan sebagainya. Allah ialah nama Zat yang Maha Suci, yang berhak disembah dengan sebenar-benarnya; yang tidak memerlukan makhluk-Nya, tetapi makhluk memerlukankan-Nya. Ar Rahmaan (Maha Pemurah): salah satu dari nama Allah, yang memberi pengertian bahwa Allah melimpahkan karunia-Nya kepada makhluk-Nya, sedang Ar Rahiim (Maha Penyayang) memberi pengertian, bahwa Allah senantiasa bersifat rahmat yang menyebabkan Allah selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada makhluk-Nya.

2. Segala puji (a) bagi Allah, Tuhan semesta alam (b)

(a) Alhamdu (segala puji). Memuji orang adalah karena perbuatannya yang baik yang dikerjakan dengan kemahuannya sendiri. Maka memuji Allah berarti: menyanjung-Nya karena perbuatan-Nya yang baik. Lain halnya dengan syukur yang berarti: mengakui keutamaan seseorang terhadap ni’mat yang diberikannya. Kita menghadapkan segala puji kepada Allah ialah karena Allah adalah sumber dari segala kebaikan yang patut dipuji.

(b) Rabb (Tuhan) berarti: Tuhan yang dita’ati Yang Memiliki, Mendidik dan Memelihara. Lafazh "rabb" tidak dapat dipakai selain untuk Tuhan kecuali kalau ada sambungannya, seperti: rabbul-bait (tuan rumah). `Alamin (semesta alam): semua yang diciptakan Tuhan yang terdiri dari berbagai-bagai jenis dan macam, seperti: alam manusia, alam hewan, alam tumbuh-tumbuhan, benda-benda mati dan sebagainya. Allah Pencipta semua alam-alam itu.

3. Maha Pemurah lagi Maha Penyayang,

4. Yang menguasai (a) hari pembalasan (b)

(a) Maalik (Yang menguasai), dengan memanjangkan "mim" ia berarti: pemilik (yang empunya). Dapat pula dibaca dengan Malik (dengan memendekkan "mim") berarti raja.

(b) Yaumiddin (hari pembalasan): hari yang di waktu itu masing-masing manusia menerima pembalasan amalannya yang baik maupun yang buruk. Yaumiddin disebut juga yaumulqiyaamah, yaumulhisaab, yaumuljazaa’ dan sebagainya.


5. Hanya kepada Engkaulah kami menyembah (a) dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan (b)

(a) Na’budu diambil dari kata ’ibaadat: kepatuhan dan ketundukan yang ditimbulkan oleh perasaan tentang kebesaran Allah, sebagai Tuhan yang disembah, karena keyakinan bahwa Allah mempunyai kekuasaan yang mutlak terhadapnya.

(b) Nasta‘iin (minta pertolongan), diambil dari kata isti‘aanah: mengharap bantuan untuk dapat menyelesaikan suatu pekerjaan yang tidak sanggup diselesaikan dengan tenaga sendiri.

6. Tunjukilah kami (a) jalan yang lurus,

(a) Ihdina (tunjukilah kami), diambil dari kata hidaayat: memberi petunjuk ke suatu jalan yang benar. Yang dimaksud dengan ayat ini bukan sekedar memberi hidayah saja, tetapi juga memberi taufiq.

7. (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan ni‘mat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai (orang-orang yang mengetahui kebenaran dan meninggalkannya), dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat (orang-orang yang meninggalkan kebenaran karena ketidaktahuan dan kejahilan). (a)

(a) Yang dimaksud dengan mereka yang dimurkai dan mereka yang sesat ialah semua golongan yang menyimpang dari ajaran Islam.

PENUTUP


Surah "Al Faatihah" ini melengkapi unsur-unsur pokok syari’at Islam, kemudian dijelaskan perinciannya oleh ayat-ayat Al Qur’an yang 113 surah berikutnya.
Persesuaian surah ini dengan surah "Al Baqarah" dan surah-surah sesudahnya ialah surah Al Faatihah merupakan titik-titik pembahasan yang akan diperinci dalam surah Al Baqarah dan surah-surah yang sesudahnya.

Di bahagian akhir surah "Al Faatihah" disebutkan permohonan hamba supaya diberi petunjuk oleh Tuhan ke jalan yang lurus, sedang Surah "Al Baqarah" dimulai dengan penunjukan "Al Kitab" (Al Qur’an) yang sempurna sebagai pedoman menuju jalan yang dimaksudkan itu.

Thursday, February 24, 2011

ITTIBA' ( MENGIKUTI AL QURAN ) DAN KEUTAMAAN AMANAH

Ittiba‘ (mengikuti) di dalam Alquran disebutkan dalam dua hal; yang diperintahkan dan yang dilarang. Hal ini dapat dijumpai dalam beberapa ayat. Di antara yang diperintahkan adalah;
1. Mengikuti wahyu.

Allah berfirman:


Ertinya ."Alif, laam miim shaad. Ini adalah sebuah kitab yang diturunkan kepadamu, maka janganlah ada kesempitan di dalam dadamu karenanya, supaya kamu memberi peringatan dengan kitab itu (kepada orang kafir), dan menjadi pelajaran bagi orang-orang yang beriman. Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya. Amat sedikitlah kamu mengambil pelajaran (daripadanya)
(Al-A'raaf: 1 - 3).

Kandungan ayat:

1. Menjelaskan keagungan Alquran. Karena telah diturunkan oleh yang Maha Bijaksana dan Maha Terpuji.

2. Alquran mengandung semua apa yang diperlukan oleh para hamba baik dalam urusan agama atau dunia mereka. Sebagaimana firman Allah:




Ertinya "Dan Kami turunkan kepadamu Alkitab (Alquran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri".(An-Nahl:89).

3. Alquran diturunkan kepada Muhammad sebagai peringatan kepada seluruh manusia. Allah berfirman:




Erinya "Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan".(Saba':28).

4. Perintah untuk mengikuti apa yang telah diturukan Allah kepada Rasul saw.

5. Larangan mengikuti selain Allah, seperti orang-orang yang ditujukan doa kepada mereka (disembah) selain Allah atau bersama-Nya. Allah berfirman:



Ertinya "Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). (Az-Zumar:3)

dan firman Allah:



"Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus dan supaya mereka mendirikan solat dan mengeluarkan zakat, dan yang demikian itulah agama yang lurus".(Al-Bayinah:5)


Keutamaan Amanat


عن أنس بن مالك -رضي الله عنه- أن رسول الله -صلى الله عليه وسلم- قال:
( إن لكل أمة أمينا، وإن أميننا أيتها الأمة أبو عبيدة بن الجراح )
البخاري (ح 3744) ، مسلم (ح 2419)



Dari Anas bin Malik ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda: "Sesungguhnya setiap umat itu memiliki seorang kepercayaan dan sesungguhnya orang kepercayaan kita wahai umatku adalah Abu Ubaidah bin Al-Jarrah."
(Bukhari, 3744 dan Muslim, 2419)

Ibnu Hajar berkata dalam Fathul Bari, jilid 7, halaman 93:
"Al-Amin adalah orang yang dipercaya dan diridai. Meskipun sifat ini sama-sama dimiliki oleh sahabat yang lain, tetapi alur pembicaraan menunjukkan bahwa sahabat ini memiliki kelebihan. Maka dari itu Rasulullah memberikan sifat khusus kepada sebahagian sahabat, meskipun sahabat yang lain juga memiliki sifat yang sama, seperti:

- Memberikan kekhususan kepada Usman dengan sifat malu.
- Memberikan kekhususan kepada Ali sebagai ahli hukum.
- Memberikan kekhususan kepada Zaid sebagai ahli pembagian warisan.

Meskipun para sahabat yang lain juga memiliki keahlian yang sama dengan mereka dalam masalah itu, tetapi ketiga sahabat itu memiliki kelebihan daripada mereka, begitu pula Abu Ubaidah ra. memiliki kelebihan daripada mereka.

Wednesday, January 12, 2011

DUA PRINSIP AGUNG

DUA PRINSIP AGUNG




Allah berfirman: "Tentang sesuatu apapun kamu berselisih maka putusannya (terserah) kepada Allah. (Yang mempunyai sifat-sifat demikian) itulah Allah Tuhanku. Kepada-Nyalah aku bertawakkal dan kepada-Nyalah aku kembali)" (Asy-Syura: 10)

Keterangan dan kandungan ayat:

Firman Allah: "Tentang sesuatu apapun kamu berselisih"
maksudnya masalah prinsip-prinsip dan cabang-cabang agama yang tidak kamu sepakati.

Firman Allah: "maka putusannya (terserah) kepada Allah"
maksudnya dikembalikan kepada kitab Allah dan sunah Nabi saw. Apapun putusan yang tersebut di dalamnya adalah benar, sedang yang bertentangan dengannya adalah salah.

Firman Allah "itulah Allah Tuhanku" maksudnya; Allah, sebagaimana Dia adalah Tuhan Yang Maha Pencipta, Pemberi rezeki dan pengatur, Dia juga sebagai hakim antara para hamba-Nya dengan syariat-Nya dalam semua urusan mereka.
Dari ayat dapat diambil kesimpulan bahwa
Ijma' (konsensus ulama) adalah dalil yang qath'i adalah dasar hukum yang jelas. Hal itu, karena Allah swt. tidak memerintahkan untuk merujuk kepada-Nya kecuali dalam urusan yang kita perselisihkan. Dari itu maka semua hal yang sudah kita sepakati adalah cukup. Umat terjaga dari kesalahan, dari itu kesepakatannya sesuai dengan kitab Allah dan sunah Rasul-Nya.

Firman Allah: "Kepada-Nyalah aku bertawakal"
yaitu, "Aku bersandar dengan hatiku kepada-Nya dalam mendatangkan manfaat/maslahat dan menolak mudarat. Aku percaya kepada-Nya dalam menolongku dalam urusan itu."

Firman Allah swt.: "kepada-Nyalah aku kembali" yaitu, "Aku menghadap dengan hati dan badanku kepada-Nya, juga kepada ketaatan dan beribadah kepada-Nya.
Tawakal dan kembali adalah dua prinsip agung yang sering disebut oleh Allah dalam kitab-Nya. Karena dengan keduanya seorang hamba mencapai kesempurnaan, dan akan tidak sempurna dengan kehilangan salah satu atau keduanya.

Allah berfirman: "Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan" dan "Sembahlah Allah dan bertawakallah kepada-Nya"
Lihat Tafsir Ibnu Sa'di, halaman 699 (cetakan Luwaihiq)


Beberapa Tanda Kenabian Muhammad saw.


عن أبي سفيان بن حرب -رضي الله عنه- في قصته مع هرقل أن هرقل قال:
( وسألتك بم يأمركم؟ فذكرت أنه يأمركم أن تعبدوا الله ولا تشركوا به شيئا، وينهاكم عن عبادة الأوثان، ويأمركم بالصلاة والصدق والعفاف. فإن كان ما تقول حقا فسيملك موضع قدمي هاتين )
الحديث (البخاري ح 7) ، (مسلم ح 1773)


Dari Abu Sufyan ra. dalam kisahnya dengan Hiraklius. Hiraklius Berkata: "Aku bertanya kepadamu, 'Apa yang dia perintahkan kepadamu?' kamu menjawab bahwa dia memerintahkanmu menyembah Allah, tanpa menyekutukan-Nya dengan sesuatupun dan melarang kalian menyembah berhala, memerintahkan kamu sekalian mengerjakan salat, jujur, dan 'iffah. Bila apa yang kamu katakan ini benar, maka ia akan menguasai tempat pijakan dua kakiku ini.(Diriwayatkan oleh Bukhari, 6. Dan Muslim, 1773)

'Afaf adalah menahan diri dari sesuatu yang haram dan perangai yang tidak terpuji.
Nas hadis di atas adalah sebagian dari sebuah hadis yang panjang, yang mencakup pokok-pokok ajakan Muhammad saw. untuk menganut Ajaran tauhid. Yaitu dengan tulus ikhlas hanya menyembah Allah semata, melarang menyembah selain-Nya, mengajak melakukan salat dan perintah-perintah dalam Islam lainnya.

Juga mengandung kebenaran yang ditemukan oleh Hiraklius setelah mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang ditujukan kepada Abu Sufyan ra, bahwa semua itu merupakan sifat-sifat Rasulullah saw yang terdapat dalam kitab-kitab yang diturunkan kepada Nabi-nabi mereka.

Nawawi dalam kitabnya "Syarah Sahih Muslim, jilid 12, halaman 107 mengatakan: "Para ulama berkata: 'Apa yang dikatakan oleh Hiraklius, diambilnya dari kitab-kitab lama, di dalam Taurat sifat ini dan sejenisnya termasuk tanda-tanda kerasulan Muhammad saw. Dari tanda-tanda itu ia mengetahuinya'".

Allah telah menyebutkan tentang Ahli kitab, bahwa mereka mengetahui tentang Muhammad saw. Yang mana sifat-sifatnya telah disebutkan dalam kitab-kitab mereka, Allah berfirman:


"Orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang telah Kami beri Alkitab (Taurat dan Injil) mengenal Muhammad seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri. Dan sesungguhnya sebahagian di antara mereka menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahui".(Al Baqarah:146).